Di Pangkuan Tarbiyah
(Special message for friday class)
Setiap pekan kami mengadakan pertemuan (liqo'). Kami menamakan komunitas kecil kami itu dengan sebutan keluarga "Izzudin Al-qosam". Banyak hal yang kami bicarakan dalam pertemuan pekanan itu, mulai dari masalah dakwah kampus, problematika umat, seluk beluk kepartaian sampai masalah-masalah terkait dengan pribadi kami masing masing (dakwah profesi, persiapan pernikahan dll). Dalam komunitas kami itu, sosok "sang guru" sangat berpengaruh, beliau salah satu dosen di kampus kami, setiap pekan beliau datang. Beliauselalu datang pertama kali, kalau pas kebetulan berhalangan hadir, beliau selalu memberitahukan sebelumnya "Assalamualaikum Akhi, afwan malam ini ane nggak bisa datang, soalnya masih ada urusan dakwah lain di luar kota, kalau bisa liqo' mandiri saja", begitu katanya, tentunya dengan bahasa yang lembut, tak pernah bernada kasar.
Kalau pas kebetulan beliau tidak bisa datang itu, biasanya kami yang berasal dari berbagai fakultas (hukum, ekonomi, pertanian, fisip) mengadakan pembahasan materi-materi dakwah sendiri, diawali dengan tilawah (membaca alquran), sedikit nasehat (tausiyah) secara bergiliran yang biasanya akan kami dengarkan dengan seksama apa nasehat-nasehat dari salah satu teman kami yang mendapat giliran itu, acara inti (pembahasan materi), dan acara intermezo (lain-lain), biasanya kami berbagai informasi mengenai kondisi kami masing-masing, tentang kuliah, dakwah, maisyah dan aisyah tentunya ^-^, soalnya diantara kami baru ada satu yang menika. Tak lupa, juga ada acara makan-makannya. Mengenai lokasi pertemuan, tak melulu dari kost satu ke kost yang lain, kadang untuk merefresingkan diri, kami mengadakan pertemuan itu di kolam pemancingan, mancing ikan bersama, kita bakar bersama, ah kami sudah seperti keluarga saja.
Kamu menyakini, kalau satu diantara kami ada yang tidak datang, setidaknya dia akan mendapat 4 kerugian. Pertama, dia tidak mendapatkan ilmu karena di setiap pekan itu kami selalu mengkaji ilmu-ilmu keIslaman yang disesuaikan dengan konteks perkembangan dakwah kontemporer. Kedua, hilangnya pahala silaturahmi karena dengan dia tidak hadir berarti tidak mempunyai kesempatan mengunjungi saudaranya yang lain padahal itu penting. Ketiga, pupusnya atau lemahnya tali ukhuwah, kalau dia tidak hadir, bisa jadi akan merenggangkan hubungan persaudaraan diantara kami. Keempat, hilangnya peluang berkorban, karena kami harus menempuh perjalanan dari tempat kita tinggal ke tempat pertemuan itu yang bisa jadi ada halangan hujan, meluangkan waktu, dan juga sedikit uang untuk sekedar bisa menyuguhkan makanan buat saudara-sadaura kami itu. Begitulah kami memaknai sebuah lingkaran pencerahan yang saya merasa nuansa ruhiyahnya begitu kental, jadi sayang kalau tidak menghadirinya. Dalam forum itulah kami mencoba membangun sebuah peradaban. Sebuah peradaban Islam yang dalam istilah Sayid Qutb dinamakan sebuah "Generasi Qur'ani yang unik".
Kalau pas kebetulan beliau tidak bisa datang itu, biasanya kami yang berasal dari berbagai fakultas (hukum, ekonomi, pertanian, fisip) mengadakan pembahasan materi-materi dakwah sendiri, diawali dengan tilawah (membaca alquran), sedikit nasehat (tausiyah) secara bergiliran yang biasanya akan kami dengarkan dengan seksama apa nasehat-nasehat dari salah satu teman kami yang mendapat giliran itu, acara inti (pembahasan materi), dan acara intermezo (lain-lain), biasanya kami berbagai informasi mengenai kondisi kami masing-masing, tentang kuliah, dakwah, maisyah dan aisyah tentunya ^-^, soalnya diantara kami baru ada satu yang menika. Tak lupa, juga ada acara makan-makannya. Mengenai lokasi pertemuan, tak melulu dari kost satu ke kost yang lain, kadang untuk merefresingkan diri, kami mengadakan pertemuan itu di kolam pemancingan, mancing ikan bersama, kita bakar bersama, ah kami sudah seperti keluarga saja.
Kamu menyakini, kalau satu diantara kami ada yang tidak datang, setidaknya dia akan mendapat 4 kerugian. Pertama, dia tidak mendapatkan ilmu karena di setiap pekan itu kami selalu mengkaji ilmu-ilmu keIslaman yang disesuaikan dengan konteks perkembangan dakwah kontemporer. Kedua, hilangnya pahala silaturahmi karena dengan dia tidak hadir berarti tidak mempunyai kesempatan mengunjungi saudaranya yang lain padahal itu penting. Ketiga, pupusnya atau lemahnya tali ukhuwah, kalau dia tidak hadir, bisa jadi akan merenggangkan hubungan persaudaraan diantara kami. Keempat, hilangnya peluang berkorban, karena kami harus menempuh perjalanan dari tempat kita tinggal ke tempat pertemuan itu yang bisa jadi ada halangan hujan, meluangkan waktu, dan juga sedikit uang untuk sekedar bisa menyuguhkan makanan buat saudara-sadaura kami itu. Begitulah kami memaknai sebuah lingkaran pencerahan yang saya merasa nuansa ruhiyahnya begitu kental, jadi sayang kalau tidak menghadirinya. Dalam forum itulah kami mencoba membangun sebuah peradaban. Sebuah peradaban Islam yang dalam istilah Sayid Qutb dinamakan sebuah "Generasi Qur'ani yang unik".
Tak berlebihan bukan ^-^
Ilustrasinya begini, ibaratnya ada 4 orang yang sedang membangun masjid, ketika ditanya "kamu sedang apa" orang pertama mengatakan "saya sedang mengaduk-aduk pasir", orang kedua menjawab "saya sedang menata batu-bata", orang ketiga mengatakan "saya sedang membangun masjid", lantas orang keempat ketika ditanya dia mengatakan "saya sedang membangun sebuah peradaban". Semua jawaban itu betul, tapi kami berharap menjadi golongan orang yang keempat itu, mempunyai pandangan dan visi besar kedepan, dan itu kami rancang melalui pertemuan halaqoh kami itu.
Selain itu, dari diri saya sendiri, semoga dengan aktifnya mengadakan pertemuan itu, saya benar-benar bisa berhijrah dari masa kejahiliyahan yang pernah saya alami. Bisa berhijrah dengan sebenar-benarnya. Sesuai dengan makna hijrah yang saya pahami. Hijrah ma'nawiyah, meninggalkan segala kemungkaran dan kemaksiatan yang dilarang oleh Alloh SWT. Hijrah i'tiqodiyah, meninggalkan segala bentuk keyakinan, kepercayaan dan ikatan yang tidak dibenarkan oleh Alloh SWT. Hijrah syu'uriyah, mengabaikan segala bentuk perasaan dan kecenderungan pada hal-hal yang tidak benar. Hijrah sulukiyah, meninggalkan tingkah laku yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT. Semoga saja saya masih istiqomah di jalan itu, jalan dakwah.
................(penakayu.blogspot.com)
Ilustrasinya begini, ibaratnya ada 4 orang yang sedang membangun masjid, ketika ditanya "kamu sedang apa" orang pertama mengatakan "saya sedang mengaduk-aduk pasir", orang kedua menjawab "saya sedang menata batu-bata", orang ketiga mengatakan "saya sedang membangun masjid", lantas orang keempat ketika ditanya dia mengatakan "saya sedang membangun sebuah peradaban". Semua jawaban itu betul, tapi kami berharap menjadi golongan orang yang keempat itu, mempunyai pandangan dan visi besar kedepan, dan itu kami rancang melalui pertemuan halaqoh kami itu.
Selain itu, dari diri saya sendiri, semoga dengan aktifnya mengadakan pertemuan itu, saya benar-benar bisa berhijrah dari masa kejahiliyahan yang pernah saya alami. Bisa berhijrah dengan sebenar-benarnya. Sesuai dengan makna hijrah yang saya pahami. Hijrah ma'nawiyah, meninggalkan segala kemungkaran dan kemaksiatan yang dilarang oleh Alloh SWT. Hijrah i'tiqodiyah, meninggalkan segala bentuk keyakinan, kepercayaan dan ikatan yang tidak dibenarkan oleh Alloh SWT. Hijrah syu'uriyah, mengabaikan segala bentuk perasaan dan kecenderungan pada hal-hal yang tidak benar. Hijrah sulukiyah, meninggalkan tingkah laku yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT. Semoga saja saya masih istiqomah di jalan itu, jalan dakwah.
................(penakayu.blogspot.com)